keterampilan konseling
- sayed habiburrahman al-jamalulay
- Jul 15, 2016
- 3 min read
Seorang konselor yang efektif harus memenuhi beberapa persyaratan supaya dapat berhasil dalam melaksanakan profesinya. Hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan dalam memberikan konseling juga harus menjadi fokus perhatian dari konselor sendiri.Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/ problem yang dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya.
Hal-hal yangmengenaikondisi inti keterampilan konseling secara utuh harus mampu menjadi suatu hal yang menetap dalam perilaku konselor sebagai sosok yang menjadi panutan konseli. Dengan diketahuinya karakteristik keterampilan tersebut yang berupa Empati, Respect, Genuineness dan Concreteness akan menambah pemahaman calon konselor untuk menjadi pribadi yang professional dan menguasai keterampilan konseling secara komprehensif.
A. Pengertian Keterampilan Konseling
Keterampilan konseling adalah suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang konselor, dalam upaya melakukan proses konseling yang efektif. Dengan adanya keterampilan-keterampilan ini akan menunjang keberhasilan proses konseling, konselor dapat menciptakan suasana yang kondusif dan proses konseling yang intens sehingga konseli merasa terbuka dan dapat menyelesaikan permasalahannya.
B. Kondisi inti Keterampilan Konseling
Keterampilan konseling akan menunjang keberhasilan proses konseling, adapun keterampailan yang harus dimiliki oleh konselor diantaranya adalah:
Empati
Menurut Surya (2003:124) empati mempunyai makna sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna, baik yang nampak, maupun yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Empati merupakan kemampuan untuk memahami pribadi orang lain sebaik dia memahami dirinya sendiri. Tigkah laku empatik merupakan salah satu ketrampilan mendengarkan dengan penuh pemahaman (mendengarkan secara aktif). Konselor yang empatik dapat merasakan kepedihan konseli tetapi dia tidak larut terhanyut karenannya. Dengan demikian konselor yang empatik mampu membaca tanda-tanda (isyarat, gesture, mimik) yang menggambarkan keadaan psikologis dan emosi yang sedang dialami orang lain. Orang yang empatik mampu merespon secara tepat kebutuhan-kebutuhan orang lain tanpa kehilangan kendali.
Keterampilan empati dapat dilakuakan dengan memberikan respon dalam bentuk:
Sikap menerima dan memahami ungkapan klien, misalnya dengan gerak mata, anggukan, gerak tangan, air muka dan sebagainya
Memberikan pengertian yang mendalam terhadap ungkapan klien
Pernyataaan yang menggambarkan ungkapan suasana perasaan yang diungkapkan
Memberikan dukungan terhadap ungkapan tertentu.
Empati memiliki tiga komponen penting yaitu:
Pemahaman yang sensitif dan akurat tentang perasaan-perasaan orang lain sambil tetap menjaga agar dirinya tidak terlena menjadi orang lain.
Memahami situasi yang memicu perasaan-perasaan tersebut
Mengkomunikasikan dengan orang lain dengan cara-cara yang membuat orang lain merasa diterima dan dipahami. Pengkomunikasian sikap-sikap empatik dapat dilakukan melalui verbal tingkah laku non verbal. Perlu dicatat bahwa dalam mengekspresikan sika-sikap empatik, kita harus tetap memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
Respect
Menurut kamus bahasa inggris kata diartikan sebagai menghormati, menaruh hormat, menghargai dan menjunjung tinggi serta mengakui dan menaati. Repect adalah rasa hormat. Bukan sekedar hormat saja tetapi juga hormat disertai dengan rasa kekaguman, bisa diartikan respect adalah lanjutan dari rasa simpati. Seorang konselor tidak dapat memiliki sifat respect jika hanya sekedar melihat secara sekilas tetapi rasa respect terhadap seseorang akan muncul setelah ia mengetahui secara lebih mendalam pribadi klien tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan respect yang dimiliki konselor yaitu suatu keterampilan menghormati dan menghargai secara positif potensi klien sebagai hal yang menjadipusat perhatian konselor. Konselor yang memiliki sikap respect terhadap diri sendiri cenderung lebih cepat memiliki sikap respect terhadap orang lain.
Konselor yang kurang respect memiliki cirri-ciri sebagagai berikut:
Terlalu formal dalam berinterkasi dengan konselor
Membuat jarak dengan konseli
Hormat yang dibuat-buat (tidak asli)
Kaku
Merasa tinggi dan menyombongkan diri
Berlebih-lebihan dalam mengungkapkan soal sex dan ras.
Kurang sopan dalam berbicara.
Genuineness (Kejujuran atau keasliaan)
Menurut Rogers (Lesmana, 2006: 59 adalah e. Untuk menjadi genuine seseorang harus kongruen. Dia sungguh-sungguh menjadi dirinya, tanpa tutup terhadap dirinya sendiri. Berkomunikasi secara jujur dan asli merupakan keterampilan komunikasi konseling yang amat penting. Dengan keterampilan ini konselor dapat menyatakan perasaannya mengenai perasaan klien dengan cara yang sedemikian rupa sehingga klien dapat menerima tanpa ada rasa ketersinggungan . dalam hal ini, konselor harus mau memahami dan mampu menyatakan perasaan yang sesungguhnya kepada klien.
Respon yang diberikan oleh konselor terhadap ungkapan klien yang bersifat (asli/jujur) adalah respon dengan cara ikhlas dan jujur, secara emosional dan secara langsung menyatakan perasaan sendiri. Misalnya, dalam situasi konseling tiba-tiba klien mengajukan kritik dan memotong pembicaraan konselor, maka respon konselor terbaik adalah: “maaf, pembicaraan anda itu benar, akan tetapi sudikah anda menunggu sampai saya seleai bicara supaya ungkapan anda dapat membantu pembicaraan kita”.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan keterampilan adalah:
Ungkapan perasaan yang sebenarnya
Kejadian tertentu yang membuat perasaan itu
Alasan mengapa berperasaan sep
erti itu
Pengaruh perasaan itu terhadap kegiatan selanjutnya.
Concreteness (Bersikap Kongkrit)
Konselor yang bersikap kongkrit harus bertindak teliti dan jelas, salah satunya Kejelasan dalam berkomunikasi ditandai dengan tindakan dan pernyataan yang bersifat khusus dan konkrit. Hal ini akan berdampak pada kemudahan dalam pemberian bantuan kepada klien.
Daftar Pustaka
Lesmana, Jeanette Murad. 2006. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
Surya, Mohammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Willis,S.2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Yahya, Martunis. 2008. Distribusi Komunikasi Antar Pribadi Dalam Proses Konseling (Laporan Penelitian). Banda Aceh: FKIP UNSYIAH.
Recent Posts
See AllPertanyaan: Apa pengaruh mental disorder pada kehidupan konseli? Jawab : Mental disorder merupakan gangguan mental yang terjadi karena...
Peristiwa-peristiwa traumatik dapat terjadi dalam kehidupan seseorang tanpa dapat diprediksi sebelumnya dan tanpa adanya persiapan...
SPEKTRUM PELAYANAN PROFESIONAL KONSELING Wawasan Keilmuan, Keterampilan, Keahlian, Kode Etik, dan Organisasi Profesi Konseling Wawasan...
Comments